Senin, 23 September 2013

Dinamika Udara (angin)

Dinamika Udara (Angin)

Pengertian Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin juga dapat diartikan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.

Sifat Angin
Teori mengenai udara adalah apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

Terjadinya Angin
Gradien barometris:
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin terjadi.
Letak tempat:
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
Tinggi tempat:
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
Waktu:
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh suhu dan tekanan.

Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.

Angin sangat beragam jenisnya dan masing-masing  mempunya nama. Adanya angin memberi kesan yang bermacam-macam. Oleh karena itu orang membedakan angin dengan memberi nama. Berbagai cara dan dasar digunakan untuk memberi nama angin antara lain :

1. berdasarkan arah bertiupnya
2. kecepatan atau kekuatannya
3. waktu bertiupnya
4. sifat dan dampaknya,serta masih banyak lagi yang lainnya.

Berasarkan kebiasaan arah datangnya dikenal angin baratan dan angin timuran :
Angin baratan adalah angin yang arahnya selalu dari barat, tetapi berbeda dengan angin barat. Kenyataanya di musim angin barat , laut disekeliling pulau Sulawesi selalu besar ombaknya setinggi 2 meter lebih. Dan dalam kondisi seperti ini,hampir dipastikan tidak ada nelayan yang berani melaut. Kecuali mereka yang cukup nekad dan bernyali besar. Sebab keselamatan jiwa dan perahu pecah adalah taruhannya. Alhasil mata pencaharian para penduduk yang sebagian besar nelayan otomatis lumpuh. Kondisi ini terjadi di seluruh pulau-pulau di selat makassar, bahkan lebih parah karena sulit dijangkau, yang mengakibatkannya terisolir dari bantuan yang datang. Hujan dan badai memang selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sebagai penduduk pulau.

Angin timuran adalah angin yang arahnya selalu dari timur tetapi berbeda dengan angin timur. Dari arahnya dan sekaligus dari tempatnya dikenal angin baratan khatulistiwa, angin baratan subtropik, angin timuran kutub. Angin timuran kutub adalah angin timuran yang terdapat di kawasan kutub.

Angin baratan khatulistiwa adalah angin baratan yang terdapat di sekitar khatulistiwa yang memisahkan angin pasat belahan bumi utara dan pasat belahan bumi selatan. Angin baratan subtropik, adalah angin baratan yang terdapat di pinggiran menghadap kutub dari kawasan subtropik.

Dari perubahan arahnya dikenal angin menganan dan angin mengiri.
Angin menganan adalah angin yang arahnya berubah ke arah kanan atau searah dengan arah putaran jarum jam. Angin tersebut terdapat di kawasan tropik belahan bumi utara ketika angin dari daerah tekanan tinggi subtropik menuju ke arah kawasan tropik Selain itu juga terdapat di sekitar daerah siklon atau siklontropis di belahan bumi selatan.

Angin mengiri adalah angin yang arahnya berubah ke arah kiri atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Angin tersebut terdapat di kawasan tropik belahan bumi selatan ketika angin dari daerah tekanan tinggi subtropik menuju ke arah kawasan tropik Selain itu juga terdapat di sekitar daerah siklon atau siklontropis di belahan bumi utara.

Dari tempatnya, dikenal banyak nama angin :
Angin lokal, nama angin yang biasa bertiup di suatu tempat disebut “angin lokal atau angin setempat”.

Angin lorong, angin lokal kencang diujung terowongan atau celah diantara dua bukit,

Angin laut, angin lokal di kawasan pantai yangterjadi pada siang hari; arahnya dari laut menuju daratan karena perbedaan suhu ketika permukaan darat lebih tinggi dari pada suhu di atas laut yang bersebelahan. Umumnya angin laut lebih kuat dibandingkan angin darat. Angin laut dapat memasuki daratan sampai sekitar 30 km dari pantai, sedangkan angin darat hanya mencapai sekitar 10 km dari pantai ke arah laut.

Angin darat, angin lokal di kawasan pantai yang terjadi pada malam hari; arahnya dari daratan menuju lautan karena perbedaan suhu ketika permukaan laut suhunya lebih tinggi dari pada suhu di atas daratan yang bersebelahan.

Angin gunung, angin lokal di pegunungan yang terjadi pada malam hari dari puncak gunung menuju lembah ketika udara di puncak gunung menjadi dingin dan rapat massanya lebih besar dibandingkan dengan yang ada di lembah. Angin gunung juga disebut angin katabatik.

Angin lembah, angin lokal yang di pegunungan yang terjadi pada siang hari dari lembah ke arah puncak gunung ketika lereng gunung mendapat banyak penyinaran matahari, sehingga udara naik sepanjang lereng gunung. Angin lembah disebut pula angin anabatik.

Angin permukaan, adalah angin yang bertiup di dekat permukaan bumi. Pengukuran angin tersebut dilakukan pada ketinggian 10 meter dari permukaan bumi di kawasan terbuka.

Berdasarkan waktu terjadinya, dikenal angin musim,
Angin musim adalah nama angin yang bertiup secara musiman. Dalam sebagian tahun bertiup dari satu arah, dan sebagian tahun lainnya bertiup dari arah yang berlawanan. Angin musim tersebut terdapat di banyak daerah, misalnya di Afrika, Arab, India, Indonesia. Di Indonesia bagian tengah dan timur pada umumnya dikenal angin musim barat dan angin musim timur. Angin musim barat berlangsung mulai sekitar bulan Oktober dan berakhir sekitar bulan Maret; angin musim timur berlangsung sekitar bulan April sampai sekitar bulan September. Di sebagian Indonesia bagian barat, di India, dikenal angin musim barat daya dan angin musim timur laut. Angin musim barat daya berlangsung dari sekitar bulan Mei sampai sekitar bulan September, dan angin musim timur laut berlangsung sekitar bulan Oktober sampai sekitar bulan April. Pergantian arah angin tersebut berkaitan dengan musim panas dan musim dingin di benua Asia. Musim angin timur laut berkaitan dengan musim dingin di Asia, dan musim angin barat daya berkaitan dengan musim panas di Asia.

Dari sifat udara yang dibawa dikenal nama-nama angin :
Angin jatuh (fohn), angin lokal yang terdapat di tempat-tempat tertentu di balik gunung. Angin tersebut sering sangat kencang, panas dan kering yang timbulnya pada musim tertentu. Angin tersebut timbul ketika udara yang dibawah dingin dan di atas panas melewati gunung. Setelah melewati gunung udara turun dengan kencang seperti angin jatuh. Angin jatuh tersebut bertiup kencang dan berlangsung terus-menerus sampai berhari-hari sehingga menimbulkan dampak yang sangat terasa di daerah yang dilewati. Biasanya terjadi pada musim kemarau yang sangat kering. Karena dampak yang sangat terasa tersebut penduduk setempat memberi nama menurut kesan yang dirasakan.

Angin pasat, adalah nama angin di kawasan tropik yang berasal dari daerah tekanan tinggi subtropik yang berpusat di sekitar 30 derajat – 40 derajat lintang utara dan di sekitar 30o – 40o lintang selatan. Angin tersebut bertiup dari suatu arah hampir sepanjang tahun. Di bagian belahan bumi utara arah umumnya dari timur laut, dan di bagian belahan bumi selatan dari arah tenggara. Angin pasat timbul karena adanya daerah dengan tekanan tinggi luar tropik di belahan bumi utara dan selatan dan yang lebih tinggi dari pada tekanan udara di kawasan tropik. Angin pasat terlihat jelas di atas lautan Pasifik dan di atas lautan Atlantik.

Di Indonesia angin jatuh yang terkenal adalah

Angin bohorok di Tapanuli Sumatra Utara;
Angin kumbang di daerah Cirebon Jawa Barat,
Angin gending di daerah Pasuruhan Jawa Timur,
Angin barubu di Sulawesi Selatan,
Aangin wambraw di daerah Manokwari.

Angin taku yakni angin timur-timur laut kuat di Juneau Alaska yang biasanya bertiup dalam waktu antara bulan Oktober dan Maret

Angin anabat, adalah angin lokal yang bertiup naik sepanjang lereng gunung yang panas karena sinar matahari.

Angin gravitas, adalah gerak udara dingin dari tempat yang tinggi ke arah pantai laut di dekatnya yang panas. Angin gravitas juga sering diserupakan dengan “angin jatuh” atau angin katabat.

Angin hitam, adalah angin yang kuat, sangat bergolak-galik, kering yang bertiup ke bawah di lereng gunung; angin tersebut terkenal di Kurdistan selatan, Persia, dan dinamai juga dengan angin reshabar.

Angin katabat adalah angin turun sepanjang lereng gunung yang timbul karena dalam arah horizontal kerapatan udara di sepanjang lereng lebih besar daripada kerapatan udara di sekitarnya. Perbedaan kerapatan tersebut karena pendinginan permukaan lereng mendinginkan udara di sekatnya.

Angin krakatao adalah lapisan angin timuran di atas wilayah tropik pada ketinggian 18 – 24 km. Lapisan tersebut menempati puncak dari angin baratan troposfer tengah yang tebalnya sampai 6 km dan kira-kira 2 km di atas tropopauze. Nama angin tersebut dikenali ketika adanya debu letusan gunung Krakatao pada tahun 1883.

Di kalangan pelayaran dan penerbangan dikenal nama-nama angin yang diberikan menurut kesan pada pelayaran atau penerbangan, misalnya:
Angin buritan adalah nama angin yang bertiup dari arah belakang searah dengan arah gerak kapal atau pesawat terbang; disebut pulaangin turutan.

Angin haluan atau angin sakal adalah angin yang bertiup dari depan arah kapal atau pesawat terbang. Baik angin buritan maupun angin sakal keduanya disebut angin membujur.

Angin lambung adalah angin yang bertiup dari arah samping kapal atau pesawat terbang; disebut pula angin silang yalah angin yang mempunyai komponen berarah tegaklurus terhadap arah gerakan kapal atau pesawat terbang.

Mengapa angin dapat menumbangkan pohon?
Angin mempunyai kecepatan dan energi yang dapat mendorong benda-benda yang dilewatinya. Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam knot ( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ). Dalam pelayaran lazimnya menggunakan ukuran kecepatan knot dan dalam penerbangan selain knot juga digunakan ukuran km/jam atau m/detik.
Angin mempunyai energi yang besarnya setara dengan kecepatannya; makin kencang makin besar energi yang dibawanya. Berkaitan dengan energi tersebut oleh Admiral Beaufort dari angkan laut Inggris pada awal abad-19 angin dibedakan tingkatnya menurut dampak yang ditimbulkan, dan menyusunnya dalam skala yang selanjutnya dikenal dengan “skala Beaufort”. Kemudian pada tahun 1906 G.C. Simpson dalam Meteorological Office Publication no. 180, London, mengemukakan hubungan antara skala Beaufort dan kecepatan angin dalam rumus : V = 0,836 B3 /2, dengan V = kecepatan angin dinyatakan dalam m/dt, dan B besarnya skala. Dengan skala Beaufort dikenali tanda-tanda seperti berikut :
Skala Beaufort 0 : Keadaan tenang; asap dari cerobong industri kelihatan
Skala Beaufort 12: Angin sangat kencang yang kecepatannya lebih dari 60 knot. Di darat banyak menimbulkan pohon tumbang dan di laut menimbulkan gelombang sangat tinggi.
Berdasarkan kecepatannya angin diberi tingkatan yang diberi nama:

Angin teduh, adalah angin yang kecepatannya kurang dari 1 knot.

Angin ribut, adalah angin yang luar biasa kekuatannya lebih dari 28 knot.

Angin ribut kuat, adalah angin ribut yang kecepatannya 41 sampai 47 knot.

Angin ribut hebat, adalah angin ribut yang kecepatannya lebih dari 48 knot.

Angin ribut lemah, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot.

Angin ribut sedang, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot.

Bebagai nama angin juga diberikan berdasarkan sifat fisis dan berdasarkan teori atau disebut angin teoritik, antara lain :.
Angin geostrofik adalah angin mendatar yang secara teori dihasilkan dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan landaian mendatar tekanan. Dalam fisika keseimbangan tersebut dinyatakan dengan rumus : Vg = – g/f Әp/Әn; dengan g = percepatan gravitas bumi, f = faktor Corioli, p = tekanan atmosfer, dan Әp/Әn = landaian tekanan sepanjang arah garis n tegaklurus isobar. Angin geostrofikk arahnya hampir sejajar dengan arah isobar.

Angin alobar adalah (1). Komponen angin yang secara teori dihasilkan oleh ketidak seragaman perubahan lokal dari tekanan mengikut waktu. (2). Kecepatan angin yang timbul dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan percepatan angin geostrofik.

Angin isalobar, adalah angin yang secara teori ditimbulkan oleh perubahan lokal tekanan mengikut waktu.

Angin landaian adalah komponen kecepatan angin yang tegaklurus garis kontur tekanan tetap di suatu titik pada peta ketinggian. Secara teori angin landaian (Vgr) dihasilkan dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan gaya sentripetal dengan landaian mendatar tekanan, dan dinyatakan dengan rumus : Vgr2/R + f Vgr = – g Әp/Әn; dengan R = jejari lengkungan lintasan, f = faktor Corioli, g = percepatan gravitas bumi, Әp/Әn = landaian tekanan tegaklurus isobar.

Angin langkisau adalah angin kuat yang mendadak terjadi dalam waktu singkat yang kemudian diikuti keadaan tenang (ta ada angin); umumnya hanya disebutkan langkisau saja.

Angin membujur setara adalah angin khayalan, dalam penerbangan, yang diwujudkan seperti angin sebenarnya dengan kecepatan seragam sebesar kecepatan rata-rata pesawat terbang terhadap bumi dan selalu sejajar dengan lintasannya.

Angin pilin adalah badai angin kecil dengan udara di dalamnya berputar mengelilingi pusat yang bertekanan rendah; kadang-kadang putaran udara menjulur ke atas sampai beberapa ratus meter dan menimbulkan pilin debu bila terjadi di padang pasir.

Angin puyuh, adalah putaran kuat turus udara berbentuk juntaian yang terdapat pada bagian bawah awan Kumulonimbus dan hampir selalu tampak sebagai awan corong. Pusarnya bergaris tengah beberapa ratus meter. Biasanya berputar siklonal (mengiri bila dilihat dari atas) dengan kecepatan sekitar 150 – 500 km/jam. Angin puyuh termasuk fenomena atmosfer skala lokal yang mempunyai potensi kekuatan sangat merusak. Di Indonesia angin puyuh disebut juga “puting beliung”.

Angin semu, adalah angin yang arah dan kecepatannya diukur dari benda yang bergerak. Besar arah dan kecepatannya sama dengan beda vektor antara angin sebenarnya dan kecepatan benda yang bergerak.

Angin sakal setara, sama dengan angin membujur setara.

Angin termal adalah angin yang secara teori diturunkan dari perbedaan suhu dan tekanan dalam lapisan atmosfer yang rumusnya :

Dalam praktik angin termal dinyatakan sebagai beda vektor angin di suatu paras dan vektor angin paada paras dibawahnya. Misalkan pada paras 500 mb vektor angin V5 dan pada paras 700 mb V7 maka angin termal dalam lapisan antara paras 700 mb dan 500 mb ditulis : VT = V5 – V7

Di lintang tengah dan tinggi belahan bumi utara, di sekitar daerah dingin, arah angin termal adalah siklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas antisiklonik (menganan). Sebaliknya di belahan bumi selatan, di sekitar daerah dingin arah angin termal adalah antisiklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas siklonik (menganan). Meskipun penaksiran tersebut hanya untuk lintang tengah dan tinggi, tetapi dapat digunakan untuk menaksir imbasnya di kawasan tropik atau Indonesia.
Dengan angin termal dapat ditaksir adanya lataan suhu atau energi dan arah penjalarannya. Dalam lapisan batas (dari permukaan sampai sekitar 3 km atau paras 700 mb) , proyeksi ujung vektor angin termal membentuk garis spiral yang disebut spiral Ekman. Bila bentuk spiral sangat lengkung dalam lapisan tersebut udara bergolak-galik besar.

Angin sebagai petunjuk cuaca.
Dari angin dapat dikenali bebagai fenomena cuaca. Misalnya, di daerah mengumpulnya angina di dekat permukaan bumi udara cenderung bergerak ke atas sehingga menimbulkan banyak awan dan hujan. Sebaliknya di daerah angina menyebar udara cenderung bergerak ke bawah sehingga di atas daerah tersebut awan sulit tumbuh. Bila ngin kencang terus-menerus bertiup di atas lautan dapat menimbulkan gelombang besar. Bila di suatu daerah arah angina sejajar tetapi kearah samping kecepatannya banyak berbeda menimbulkan gesekan sehingga udara berputar; demikian pula dapat menimbulkan putaran bila arah angina di suatu sisi berlawanan arah dengan angin di sisi sebelah.

Penanganan Banjir

           Air sangat penting sehingga membuat kehidupan tidak akan berjalan tanpa adanya air. Air yang ada di bumi terbentuk karena adanya siklus hidrologi. Siklus inilah yang perlu dijaga agar tetap berjalan normal. Bila siklus tersebut berjalan normal, maka dapat mempertahankan kuantitas dan kualitas air bumi. Kegiatan-kegiatan manusia yang tidak sewajarnya dan penyalahgunaan air seperti dalam bidang industri, rumah tangga, pertanian, kehutanan dan berbagai aspek lainnya menjadikan siklus hidrologi tidak lagi seimbang. Masalah penebangan hutan dan global warming juga merupakan penyebab terganggunya siklus hidrologi yang ditandai dengan kekeringan panjang pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan.

Kekeringan atau banjir adalah dua bencana akibat air yang sangat kurang atau terlalu berlimpah. Hal ini adalah isyarat penting betapa air tidak sekedar diciptakan begitu saja. Namun, air juga harus ada tersedia dalam jumlah yang seimbang agar kehidupan di bumi dapat berlangsung dengan baik. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir  dapat terjadi didaerah dekat sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.

Upaya pengelolaan air yang paling mudah, cepat dan praktis adalah dengan memulai dari diri sendiri untuk mengefisienkan penggunaan air dan adanya kerjasama berbagai aspek kehidupan untuk bersama-sama mengatasi masalah rendahnya kuantitas dan kualitas air saat ini. Saat kita berbicara tentang pengelolaan air kita juga harus memperhatikan lingkungan yang tidak dapat terlepaskan dari pengelolaan air. Pengelolaan air secara terpadu adalah pengelolaan air yang memadukan antara air , tanah , dan tanaman menjadi suatu integritas yang saling menguntungkan dan membangun. Dengan terjaganya ketiga aspek ini maka secara umum lingkungan ikut terjaga keseimbangannya dan meningkatkan keefektifitasan tenanga manusia dalam pengolahannya.
 PENYEBAB BANJIR DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Berdasarkan    pengamatan,    bahwa  banjir disebabkan  oleh  dua  katagori  yaitu  banjir  akibat alami dan  banjir  akibat  aktivitas  manusia.  Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi  dan sedimentasi,  kapasitas  sungai,  kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas   manusia  disebabkan  karena  ulah manusi yang  menyebabkan  perubahan-perubahan lingkungan   seperti ,perubahan   kondis Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistem pengendali banjir yang tidak tepat.
1. Penyebab Banjir Secara Alami

Curah Hujan
Indonesia mempunyai  dua  musim  sepanjang  tahun,yakni  musim penghujan  umumnya  terjadi antara bulan   Oktober–Mare dan   musim kemarau terjadi antara  bulan  April- September. Pada musim hujan, curah hujan yang  tinggi  berakibat  banjir  di  sungai  dan bil melebihi   tebing   sungai   mak akan timbul banjir atau genangan.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik  (bentuk  penampang  seperti  lebar, kedalaman,  potongan  memanjang,  material dasar  sungai),  lokasi  sungai  dan  lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DAS berpengaruh  terhadap pengurangan kapasitas  penampang  sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul  genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia. Menurut Zakianis  (2006),  erosi  tanah  longsor  (land- slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut.
Kapasitas Sungai
Pengurangan  kapasitas  aliran  banjir  pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal  dari erosi  DAS  dan  erosi  tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan  adanya  penggunaan  lahan  yang  tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini  dapat menyebabkan berkurangnya  kapasitas  tampungan sungai, Efek l angsung dari fenomena  ini  menyebabkan  meluapnya  air dari  alur  sungai  keluar  dan menyebabkan banjir.
Kapasitas Drainasi yang tidak memadai
Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai  drainasi  daerah  genangan  yang tidak  memadai, sehingga kota-kota tersebut sering  menjadi  langganan  banjir  di  musim hujan.Terlebih lagi banyak masyarakat yang menutup lubang pori drynase dengan pengaspalan atau pengecoran sehingga air menjadi banyak terdapat di permukaan.
Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau   banjir  menjadi  besar  karena  terjadi aliran balik (backwater). Fenomena genangan   ai pasang   (Rob)   jug rentan terjadi di daerah pesisir sepanjang tahun baik di  musim  hujan  dan  maupun  di  musim kemarau.
Perubahan iklim
Perubahan iklim yang tidak menentu membuat kondisi musim kemarau dan musim hujan menjadi terlalu lama sehingga menyebabkan kekeringan panjang saat kemarau dan banjir besar saat musim hujan.
2. Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia
Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi  DAS seperti penggundulan  hutan,  usaha  pertanian  yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan   tata   guna   lahan   berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

Kawasan kumuh dan Sampah
Perumahan   kumuh   (slum) di   sepanjang bantaran sungai dapat menjadi penghambat aliran . Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor  penting  terjadinya  banjir  di   daerah perkotaan.Disiplin masyarakat untuk  membuang sampah pada tempat yang ditentukan masihkurang baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, hal  ini  biasa  dijumpai  di  kota-kota  besar. Sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang. 

Drainasi lahan
Drainasi perkotaandan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang   kurang  memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah  kerusakan  selama  banjir banjir yang besar. Contohnya, bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan  pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul  yang  bobol  sehingga  menibulkan banjir yang besar.
Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan  pohon  dan tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah  dan  permainan  rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah  satu  sumber  penyebab  terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.
Menurunya Ground Water Table
Pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pengisian kembali menjadikan muka air tanah menurun, sehingga permukaan air tanah menjadi ikut menurun yang memungkinkan terjadinya banjir. Penurunan muka airtanah ini merupakan indikasi bahwa eksploitasi airtanah di suatu kawasan tersebut telah berlebihan.
Dampak yang ditimbulkan banjir sangatlah merugikan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan yang efektif. Pengelolaan air secara terpadu dinilai paling baik untuk mencegah masalah banjir yang ada di Indonesia. Selain mampu mencegah banjir pengelolaan air secara terpadu juga baik untuk lingkungan sehingga dapat berkesinambungan dalam jangka panjang yang akan menghemat biaya dan efektifitas tenaga. Beberapa upaya yang dilakukan dalam pengelolaan air secara terpadu :
a.        Pembuatan biopori untuk memperbesar drynase dan menabung air
Pembuatan lubang – lubang kecil pada tanah yang didalamnya terdapat seresah, lubang – lubang ini dimaksudkan untuk memperbesar kemungkinan masuknya air tanah ke dalam tanah sehingga keberadaan air di dalam tanah bertahan lebih lama dibandingkan jika air terbawa ke saluran pembuangan karena run off.
b.        Pembuatan embung di daerah tegalan atau sawah
Pada daerah pertanian perlu dibuat tempat penyimpanan air,dapat berbentuk bangunan persegi,atau sejenis sumur atau dapat juga berbentuk seperti danau danau buatan. Selain untuk menampung air embung juga dapat berfungsi untuk memperlambat aliran air sehingga air yang ada lebih mudah di kendalikan untuk berbagai hal yang menguntungkan.
c.         Membuat atau memperbaiki bangunan bangunan penangkap air hujan
Pembangunan serta pemeliharaan bangunan penangkap air hujan di nilai mampu memberikan kontribusi terhadap pencegahan banjir di berbagai daerah. Selain untuk mencegah banjir, air yang di tamping pun dapat digunakan untuk beberapa keperluan sehingga keberadaannya tentu sangat menguntungkan. Pola pembuatan bangunan penampung air hujan ini hendaknya di seuaikan dengan tata letak lahan yang ada sehingga keberadaannya tidak mengganggu dan fungsinya optimal.
d.        Memperbaiki aliran irigasi yang ada
Pada zaman pemerintahan Suharto banyak dibangun saluran saluran irigasi yang fungsinya selain untuk mencegah banjir juga untuk mengalirkan air untuk kebutuhan pertanian. Tetapi beberapa tahun belakangan banyak saluran irigasi yang tidak terawat bahkan ada yang alih fungsi menjadi kolam atau tempat pembuangan sampah. Saat fungsi irigasi tidak lagi berjalan pada semestinya ini akan mengundang masalah baru yaitu tercemarnya air serta tersumbatnya aliran air yang jika kuantitas air hujan yang turun banyak maka kemungkinan terjadinya banjir besar. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka pengelolaan air secara terpadu diterapkan. Pada hal ini yang paling utama adalah perilaku manusia atau masyarakat sebagai pengendali serta pemelihara lingkungan agar tidak mengotori saluran irigasi dengan sampah dan menjaga bangunan irigasi yang sudah ada dengan upaya perbaikan dan perawatan sehingga bangunan irigasi berfungsi optimal.
e.         Memindahkan sedimentasi pada aliran sungai
Aliran air hujan yang menuju sungai biasannya membawa sedimentasi berupa butiran butiran tanah atau sering di sebut sedimentasi yang jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas penampungan air sungai. Hal ini tentu sangat merugikan karena mengancam jika sungai tidak mampu menampung aliran air dari berbagai daerah maka akan terjadi banjir yang merugikan. Air yang ada di sungai akan luber atau meluap ke daerah di dekat sungai. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan penanaman tanaman di pinggir sungai untuk menahan agar tidak terjadi erosi dari daerah pinggir sungai. Jika sedimentasi sudah cukup banyak di daerah sungai, dilakukan pengerukan pada musim kemarau.
f.         Melakukan upaya mitigasi atau penghijauan
Integrasi keterpaduan antara manusia, tanaman , tanah dan air penting untuk di perhatikan sehingga di dapat hasil yang optimum dan baik untuk semua aspek dalam pengelolaan air. Upaya pencegahan banjir dengan memadukan tanah dengan air sangat ideal dilakukan. Penanaman tanaman di daerah  yang rentan erosi dan daerah sumber  mata air dimaksudkan untuk menjaga hubungan yang baik antara keberadaan air di dalam tanah dengan tanaman yang nantinya air tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan manusia. Tanaman membantu proses penyerapan air ke dalam tanah serta memperkuat agregat tanah agar tidak terjadi erosi. Tanaman yang ditanam hendaknya yang memiliki kriteria cocok pada lahan yang akan di Tanami agar tanaman dapat hidup subur dan mandiri saat sudah dewasa sehingga tidak perlu dirawat secara terus menerus. Beberapa tanaman yang biasanya ditanam seperti jarak , kelapa , sengon, dan lainnya.
g.        Menggalakan upaya disiplin pembuangan sampah dan tanggap banjir
Peran serta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Prilaku masyarakat yang senantiasa menjaga kebersihan aliran sungai dan keseimbangan lingkungan mampu mencegah banjir dengan baik. Oleh karena itu diperlukan beberapa  pendekatan,  antara  lain:  
1).  Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kalurahan,.
2). Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai,  membersihkan  kotoran  yang menyumbat saluran  air,  membangun  tanggul  dengan  karung- karung  pasir  atau  bebatuan, menanami  bantaran sungai  (penghijauan).
3)Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih  dan  persediaan lain di  tempat  yang  paling aman   dan  ini  dijadikan  tradisi,
4).  Perencanaan pasokan air bersih dan pangan seandainya bencana memaksa pengungsian.

Program-program untuk menggugah kesadaran masyarakat  tentang  bahaya  banjir,  meliputi  :  
1).  Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinya serta pola-pola siklus hidrologi,
2).   Identifikasi bahaya rawan banjir,
3).  Mendorong  perorangan  untuk  memperbaiki  daya tahan   bangunan  dan  harta      mereka agar  potensi kerusakan/kehancuran dapat ditekan,
4). Menggugah kesadaraan masyarakat tentang arti penting rencanarencana dan latihan–latihan penanggulangan serta pengungsian,
5).   Mendorong   tanggung         jawab perorangan  atas  pencegahan  dan  penanggulangan  banjir dalam kehidupan sehari–hari,
6).  Pada praktik bertani  harus  memperhatikan  dampak  lingkungan,jangan menggunduli hutan dan hulu sungai saluran air harus dipelihara dan sebagainya.
h.        Penataan tata kota dan daerah pertanian serta irigasi
Tujuan  pengaturan  tata  guna  lahan  melalui undang-undang agrarian dan peraturan-peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap nyawa, harta benda dan pembangunan di kawasan- kawasan rawan bencana (Irianto, 2006). Dalam kasus banjir, suatu daerah dianggap rawan bila daerah itu biasanya dan diperkirakan akan terlanda luapan air dengan dampak-dampak negatifnya; penilaian ini didasarkan sejarah   banjir dan  kondisi daerah. Bantaran sungai dan pantai seharusnya tidak boleh dijadikan lokasi pembangunan fisik dan pemukiman. Selain   itu, Badan Pertahanan Nasional beserta departemen-departemen terkait harus memperhatikan pula  kawasan  perkotaan.  Dengan pengaturan tata guna   tanah  yang  dilandasi  data-data  ilmiah  dan dengan mengacu kepada potensi bencana, setidaknya bencana  alam  seperti  banjir  tidak  akan  diperparah oleh pengizinan pemakaian tanah yang tak mengindahkan sisi kelayakan.

Pengelolaan air secara terpadu bertujuan untuk memaksimalkan antara hubungan manusia, tanaman ,tanah dan air agar semua aspek ini bisa saling menjaga dan menguntungkan sehingga didapat hasil yang berkesinambungan di berbagai sisi. Ke empat aspek tadi tidak dapat dipisahkan sehingga alangkah baiknya jika ke empat aspek tersebut di padukan menjadi satu dalam pengelolaan air. Diperlukan sikap kebersamaan multi-stakeholder dan keterlibatan masyarakat yang mendukung sepenuhnya karena peran manusia lah yang dominan dalam hal ini.
Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu akibat  alami  dan  akibat  aktivitas  manusia.  Dalam kaitannya terjadinya banjir, maka terdapat metode pengendalian  banjir,  yaitu  metode  struktural  dan non-struktural. Metode struktural ada dua jenis yaitu Perbaikan   dan   pengaturan   sistem   sunga yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (short cut)  dan  floodway;  dan  Pembangunan  pengendali banji yang   meliput bendungan   (dam), kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan  pengurang kemiringan sungai, groundsill, retarding basin dan pembuatan polder.
Sedangkan metode non  struktural adalah pengelolaan DAS, yaitu pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi, peramalan banjir, partisipasi masyarakat, law enforcement, dsb. Pengelolan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah. Dengan peningkatan pengertian, kepedulian dan partisipasi masyarakat, diharapkan bencana banjir dapat dicegah sehingga tidak menimbulkan korban dan kerugian yang berarti.
                                                                                                             

DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bandung.
Bastian,Ligal , 2008. PENDEKATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR Jurnal      Mahkamah Konstitusi Volume 8, Nomor 2, Juli 2008 :  162 – 169
Hoekstra, A.Y. 2006. The Global Dimension of Water Governance: Nine Reasons for Global Arrangements in Order to Cope with Local Problems.Value of Water Research Report Series No. 20 UNESCO-IHE Institute for Water Education
Irianto, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air, Agro Inovasi, Jakarta.
Kodoatie,  Robert  J.  dan  Sugiyanto,  2002.  Banjir, Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya  dalam  perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Zakianis, 2006. Sumber-sumber Air Bersih. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.