Senin, 23 September 2013

Penanganan Banjir

           Air sangat penting sehingga membuat kehidupan tidak akan berjalan tanpa adanya air. Air yang ada di bumi terbentuk karena adanya siklus hidrologi. Siklus inilah yang perlu dijaga agar tetap berjalan normal. Bila siklus tersebut berjalan normal, maka dapat mempertahankan kuantitas dan kualitas air bumi. Kegiatan-kegiatan manusia yang tidak sewajarnya dan penyalahgunaan air seperti dalam bidang industri, rumah tangga, pertanian, kehutanan dan berbagai aspek lainnya menjadikan siklus hidrologi tidak lagi seimbang. Masalah penebangan hutan dan global warming juga merupakan penyebab terganggunya siklus hidrologi yang ditandai dengan kekeringan panjang pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan.

Kekeringan atau banjir adalah dua bencana akibat air yang sangat kurang atau terlalu berlimpah. Hal ini adalah isyarat penting betapa air tidak sekedar diciptakan begitu saja. Namun, air juga harus ada tersedia dalam jumlah yang seimbang agar kehidupan di bumi dapat berlangsung dengan baik. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir  dapat terjadi didaerah dekat sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.

Upaya pengelolaan air yang paling mudah, cepat dan praktis adalah dengan memulai dari diri sendiri untuk mengefisienkan penggunaan air dan adanya kerjasama berbagai aspek kehidupan untuk bersama-sama mengatasi masalah rendahnya kuantitas dan kualitas air saat ini. Saat kita berbicara tentang pengelolaan air kita juga harus memperhatikan lingkungan yang tidak dapat terlepaskan dari pengelolaan air. Pengelolaan air secara terpadu adalah pengelolaan air yang memadukan antara air , tanah , dan tanaman menjadi suatu integritas yang saling menguntungkan dan membangun. Dengan terjaganya ketiga aspek ini maka secara umum lingkungan ikut terjaga keseimbangannya dan meningkatkan keefektifitasan tenanga manusia dalam pengolahannya.
 PENYEBAB BANJIR DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Berdasarkan    pengamatan,    bahwa  banjir disebabkan  oleh  dua  katagori  yaitu  banjir  akibat alami dan  banjir  akibat  aktivitas  manusia.  Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi  dan sedimentasi,  kapasitas  sungai,  kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas   manusia  disebabkan  karena  ulah manusi yang  menyebabkan  perubahan-perubahan lingkungan   seperti ,perubahan   kondis Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistem pengendali banjir yang tidak tepat.
1. Penyebab Banjir Secara Alami

Curah Hujan
Indonesia mempunyai  dua  musim  sepanjang  tahun,yakni  musim penghujan  umumnya  terjadi antara bulan   Oktober–Mare dan   musim kemarau terjadi antara  bulan  April- September. Pada musim hujan, curah hujan yang  tinggi  berakibat  banjir  di  sungai  dan bil melebihi   tebing   sungai   mak akan timbul banjir atau genangan.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik  (bentuk  penampang  seperti  lebar, kedalaman,  potongan  memanjang,  material dasar  sungai),  lokasi  sungai  dan  lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DAS berpengaruh  terhadap pengurangan kapasitas  penampang  sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul  genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia. Menurut Zakianis  (2006),  erosi  tanah  longsor  (land- slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut.
Kapasitas Sungai
Pengurangan  kapasitas  aliran  banjir  pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal  dari erosi  DAS  dan  erosi  tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan  adanya  penggunaan  lahan  yang  tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini  dapat menyebabkan berkurangnya  kapasitas  tampungan sungai, Efek l angsung dari fenomena  ini  menyebabkan  meluapnya  air dari  alur  sungai  keluar  dan menyebabkan banjir.
Kapasitas Drainasi yang tidak memadai
Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai  drainasi  daerah  genangan  yang tidak  memadai, sehingga kota-kota tersebut sering  menjadi  langganan  banjir  di  musim hujan.Terlebih lagi banyak masyarakat yang menutup lubang pori drynase dengan pengaspalan atau pengecoran sehingga air menjadi banyak terdapat di permukaan.
Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau   banjir  menjadi  besar  karena  terjadi aliran balik (backwater). Fenomena genangan   ai pasang   (Rob)   jug rentan terjadi di daerah pesisir sepanjang tahun baik di  musim  hujan  dan  maupun  di  musim kemarau.
Perubahan iklim
Perubahan iklim yang tidak menentu membuat kondisi musim kemarau dan musim hujan menjadi terlalu lama sehingga menyebabkan kekeringan panjang saat kemarau dan banjir besar saat musim hujan.
2. Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia
Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi  DAS seperti penggundulan  hutan,  usaha  pertanian  yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan   tata   guna   lahan   berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

Kawasan kumuh dan Sampah
Perumahan   kumuh   (slum) di   sepanjang bantaran sungai dapat menjadi penghambat aliran . Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor  penting  terjadinya  banjir  di   daerah perkotaan.Disiplin masyarakat untuk  membuang sampah pada tempat yang ditentukan masihkurang baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, hal  ini  biasa  dijumpai  di  kota-kota  besar. Sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang. 

Drainasi lahan
Drainasi perkotaandan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang   kurang  memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah  kerusakan  selama  banjir banjir yang besar. Contohnya, bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan  pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul  yang  bobol  sehingga  menibulkan banjir yang besar.
Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan  pohon  dan tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah  dan  permainan  rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah  satu  sumber  penyebab  terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.
Menurunya Ground Water Table
Pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pengisian kembali menjadikan muka air tanah menurun, sehingga permukaan air tanah menjadi ikut menurun yang memungkinkan terjadinya banjir. Penurunan muka airtanah ini merupakan indikasi bahwa eksploitasi airtanah di suatu kawasan tersebut telah berlebihan.
Dampak yang ditimbulkan banjir sangatlah merugikan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan yang efektif. Pengelolaan air secara terpadu dinilai paling baik untuk mencegah masalah banjir yang ada di Indonesia. Selain mampu mencegah banjir pengelolaan air secara terpadu juga baik untuk lingkungan sehingga dapat berkesinambungan dalam jangka panjang yang akan menghemat biaya dan efektifitas tenaga. Beberapa upaya yang dilakukan dalam pengelolaan air secara terpadu :
a.        Pembuatan biopori untuk memperbesar drynase dan menabung air
Pembuatan lubang – lubang kecil pada tanah yang didalamnya terdapat seresah, lubang – lubang ini dimaksudkan untuk memperbesar kemungkinan masuknya air tanah ke dalam tanah sehingga keberadaan air di dalam tanah bertahan lebih lama dibandingkan jika air terbawa ke saluran pembuangan karena run off.
b.        Pembuatan embung di daerah tegalan atau sawah
Pada daerah pertanian perlu dibuat tempat penyimpanan air,dapat berbentuk bangunan persegi,atau sejenis sumur atau dapat juga berbentuk seperti danau danau buatan. Selain untuk menampung air embung juga dapat berfungsi untuk memperlambat aliran air sehingga air yang ada lebih mudah di kendalikan untuk berbagai hal yang menguntungkan.
c.         Membuat atau memperbaiki bangunan bangunan penangkap air hujan
Pembangunan serta pemeliharaan bangunan penangkap air hujan di nilai mampu memberikan kontribusi terhadap pencegahan banjir di berbagai daerah. Selain untuk mencegah banjir, air yang di tamping pun dapat digunakan untuk beberapa keperluan sehingga keberadaannya tentu sangat menguntungkan. Pola pembuatan bangunan penampung air hujan ini hendaknya di seuaikan dengan tata letak lahan yang ada sehingga keberadaannya tidak mengganggu dan fungsinya optimal.
d.        Memperbaiki aliran irigasi yang ada
Pada zaman pemerintahan Suharto banyak dibangun saluran saluran irigasi yang fungsinya selain untuk mencegah banjir juga untuk mengalirkan air untuk kebutuhan pertanian. Tetapi beberapa tahun belakangan banyak saluran irigasi yang tidak terawat bahkan ada yang alih fungsi menjadi kolam atau tempat pembuangan sampah. Saat fungsi irigasi tidak lagi berjalan pada semestinya ini akan mengundang masalah baru yaitu tercemarnya air serta tersumbatnya aliran air yang jika kuantitas air hujan yang turun banyak maka kemungkinan terjadinya banjir besar. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka pengelolaan air secara terpadu diterapkan. Pada hal ini yang paling utama adalah perilaku manusia atau masyarakat sebagai pengendali serta pemelihara lingkungan agar tidak mengotori saluran irigasi dengan sampah dan menjaga bangunan irigasi yang sudah ada dengan upaya perbaikan dan perawatan sehingga bangunan irigasi berfungsi optimal.
e.         Memindahkan sedimentasi pada aliran sungai
Aliran air hujan yang menuju sungai biasannya membawa sedimentasi berupa butiran butiran tanah atau sering di sebut sedimentasi yang jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas penampungan air sungai. Hal ini tentu sangat merugikan karena mengancam jika sungai tidak mampu menampung aliran air dari berbagai daerah maka akan terjadi banjir yang merugikan. Air yang ada di sungai akan luber atau meluap ke daerah di dekat sungai. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan penanaman tanaman di pinggir sungai untuk menahan agar tidak terjadi erosi dari daerah pinggir sungai. Jika sedimentasi sudah cukup banyak di daerah sungai, dilakukan pengerukan pada musim kemarau.
f.         Melakukan upaya mitigasi atau penghijauan
Integrasi keterpaduan antara manusia, tanaman , tanah dan air penting untuk di perhatikan sehingga di dapat hasil yang optimum dan baik untuk semua aspek dalam pengelolaan air. Upaya pencegahan banjir dengan memadukan tanah dengan air sangat ideal dilakukan. Penanaman tanaman di daerah  yang rentan erosi dan daerah sumber  mata air dimaksudkan untuk menjaga hubungan yang baik antara keberadaan air di dalam tanah dengan tanaman yang nantinya air tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan manusia. Tanaman membantu proses penyerapan air ke dalam tanah serta memperkuat agregat tanah agar tidak terjadi erosi. Tanaman yang ditanam hendaknya yang memiliki kriteria cocok pada lahan yang akan di Tanami agar tanaman dapat hidup subur dan mandiri saat sudah dewasa sehingga tidak perlu dirawat secara terus menerus. Beberapa tanaman yang biasanya ditanam seperti jarak , kelapa , sengon, dan lainnya.
g.        Menggalakan upaya disiplin pembuangan sampah dan tanggap banjir
Peran serta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Prilaku masyarakat yang senantiasa menjaga kebersihan aliran sungai dan keseimbangan lingkungan mampu mencegah banjir dengan baik. Oleh karena itu diperlukan beberapa  pendekatan,  antara  lain:  
1).  Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kalurahan,.
2). Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai,  membersihkan  kotoran  yang menyumbat saluran  air,  membangun  tanggul  dengan  karung- karung  pasir  atau  bebatuan, menanami  bantaran sungai  (penghijauan).
3)Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih  dan  persediaan lain di  tempat  yang  paling aman   dan  ini  dijadikan  tradisi,
4).  Perencanaan pasokan air bersih dan pangan seandainya bencana memaksa pengungsian.

Program-program untuk menggugah kesadaran masyarakat  tentang  bahaya  banjir,  meliputi  :  
1).  Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinya serta pola-pola siklus hidrologi,
2).   Identifikasi bahaya rawan banjir,
3).  Mendorong  perorangan  untuk  memperbaiki  daya tahan   bangunan  dan  harta      mereka agar  potensi kerusakan/kehancuran dapat ditekan,
4). Menggugah kesadaraan masyarakat tentang arti penting rencanarencana dan latihan–latihan penanggulangan serta pengungsian,
5).   Mendorong   tanggung         jawab perorangan  atas  pencegahan  dan  penanggulangan  banjir dalam kehidupan sehari–hari,
6).  Pada praktik bertani  harus  memperhatikan  dampak  lingkungan,jangan menggunduli hutan dan hulu sungai saluran air harus dipelihara dan sebagainya.
h.        Penataan tata kota dan daerah pertanian serta irigasi
Tujuan  pengaturan  tata  guna  lahan  melalui undang-undang agrarian dan peraturan-peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap nyawa, harta benda dan pembangunan di kawasan- kawasan rawan bencana (Irianto, 2006). Dalam kasus banjir, suatu daerah dianggap rawan bila daerah itu biasanya dan diperkirakan akan terlanda luapan air dengan dampak-dampak negatifnya; penilaian ini didasarkan sejarah   banjir dan  kondisi daerah. Bantaran sungai dan pantai seharusnya tidak boleh dijadikan lokasi pembangunan fisik dan pemukiman. Selain   itu, Badan Pertahanan Nasional beserta departemen-departemen terkait harus memperhatikan pula  kawasan  perkotaan.  Dengan pengaturan tata guna   tanah  yang  dilandasi  data-data  ilmiah  dan dengan mengacu kepada potensi bencana, setidaknya bencana  alam  seperti  banjir  tidak  akan  diperparah oleh pengizinan pemakaian tanah yang tak mengindahkan sisi kelayakan.

Pengelolaan air secara terpadu bertujuan untuk memaksimalkan antara hubungan manusia, tanaman ,tanah dan air agar semua aspek ini bisa saling menjaga dan menguntungkan sehingga didapat hasil yang berkesinambungan di berbagai sisi. Ke empat aspek tadi tidak dapat dipisahkan sehingga alangkah baiknya jika ke empat aspek tersebut di padukan menjadi satu dalam pengelolaan air. Diperlukan sikap kebersamaan multi-stakeholder dan keterlibatan masyarakat yang mendukung sepenuhnya karena peran manusia lah yang dominan dalam hal ini.
Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu akibat  alami  dan  akibat  aktivitas  manusia.  Dalam kaitannya terjadinya banjir, maka terdapat metode pengendalian  banjir,  yaitu  metode  struktural  dan non-struktural. Metode struktural ada dua jenis yaitu Perbaikan   dan   pengaturan   sistem   sunga yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (short cut)  dan  floodway;  dan  Pembangunan  pengendali banji yang   meliput bendungan   (dam), kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan  pengurang kemiringan sungai, groundsill, retarding basin dan pembuatan polder.
Sedangkan metode non  struktural adalah pengelolaan DAS, yaitu pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi, peramalan banjir, partisipasi masyarakat, law enforcement, dsb. Pengelolan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah. Dengan peningkatan pengertian, kepedulian dan partisipasi masyarakat, diharapkan bencana banjir dapat dicegah sehingga tidak menimbulkan korban dan kerugian yang berarti.
                                                                                                             

DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bandung.
Bastian,Ligal , 2008. PENDEKATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR Jurnal      Mahkamah Konstitusi Volume 8, Nomor 2, Juli 2008 :  162 – 169
Hoekstra, A.Y. 2006. The Global Dimension of Water Governance: Nine Reasons for Global Arrangements in Order to Cope with Local Problems.Value of Water Research Report Series No. 20 UNESCO-IHE Institute for Water Education
Irianto, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air, Agro Inovasi, Jakarta.
Kodoatie,  Robert  J.  dan  Sugiyanto,  2002.  Banjir, Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya  dalam  perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
Zakianis, 2006. Sumber-sumber Air Bersih. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar