Air
sangat penting sehingga membuat kehidupan tidak akan berjalan tanpa adanya air.
Air yang ada di bumi terbentuk karena adanya siklus hidrologi. Siklus inilah
yang perlu dijaga agar tetap berjalan normal. Bila siklus tersebut berjalan
normal, maka dapat mempertahankan kuantitas dan kualitas air bumi. Kegiatan-kegiatan
manusia yang tidak sewajarnya dan penyalahgunaan air seperti dalam bidang
industri, rumah tangga, pertanian, kehutanan dan berbagai aspek lainnya
menjadikan siklus hidrologi tidak lagi seimbang. Masalah penebangan hutan dan
global warming juga merupakan penyebab terganggunya siklus hidrologi yang
ditandai dengan kekeringan panjang pada musim kemarau dan banjir pada musim
penghujan.
Kekeringan atau banjir adalah dua bencana akibat air
yang sangat kurang atau terlalu berlimpah. Hal ini adalah isyarat penting betapa
air tidak sekedar diciptakan begitu saja. Namun, air juga harus ada tersedia
dalam jumlah yang seimbang agar kehidupan di bumi dapat berlangsung dengan
baik. Banjir adalah peristiwa
yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air
keluar dari batasan alaminya. Banjir dapat terjadi didaerah dekat sungai, ketika alirannya
melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir
sungai alami.
Upaya pengelolaan air yang paling mudah, cepat dan praktis adalah dengan memulai dari diri sendiri untuk mengefisienkan penggunaan air dan adanya kerjasama berbagai aspek kehidupan untuk bersama-sama mengatasi masalah rendahnya kuantitas dan kualitas air saat ini. Saat kita berbicara tentang pengelolaan air kita juga harus memperhatikan lingkungan yang tidak dapat terlepaskan dari pengelolaan air. Pengelolaan air secara terpadu adalah pengelolaan air yang memadukan antara air , tanah , dan tanaman menjadi suatu integritas yang saling menguntungkan dan membangun. Dengan terjaganya ketiga aspek ini maka secara umum lingkungan ikut terjaga keseimbangannya dan meningkatkan keefektifitasan tenanga manusia dalam pengolahannya.
Upaya pengelolaan air yang paling mudah, cepat dan praktis adalah dengan memulai dari diri sendiri untuk mengefisienkan penggunaan air dan adanya kerjasama berbagai aspek kehidupan untuk bersama-sama mengatasi masalah rendahnya kuantitas dan kualitas air saat ini. Saat kita berbicara tentang pengelolaan air kita juga harus memperhatikan lingkungan yang tidak dapat terlepaskan dari pengelolaan air. Pengelolaan air secara terpadu adalah pengelolaan air yang memadukan antara air , tanah , dan tanaman menjadi suatu integritas yang saling menguntungkan dan membangun. Dengan terjaganya ketiga aspek ini maka secara umum lingkungan ikut terjaga keseimbangannya dan meningkatkan keefektifitasan tenanga manusia dalam pengolahannya.
PENYEBAB
BANJIR DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir
disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir
akibat alami dan banjir
akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,
erosi
dan sedimentasi,
kapasitas sungai, kapasitas
drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia
disebabkan karena ulah
manusia yang menyebabkan
perubahan-perubahan
lingkungan seperti ,perubahan
kondisi Daerah
Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase
lahan,
kerusakan
bangunan pengendali banjir,
rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistem pengendali
banjir yang tidak tepat.
1. Penyebab
Banjir Secara Alami
Curah Hujan
Indonesia mempunyai
dua
musim
sepanjang
tahun,yakni musim penghujan umumnya
terjadi antara bulan Oktober–Maret dan
musim kemarau terjadi antara bulan April- September. Pada musim hujan, curah hujan yang
tinggi berakibat
banjir di sungai dan bila melebihi
tebing
sungai maka akan
timbul banjir atau genangan.
Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah aliran
sungai (DAS), kemiringan
sungai, geometrik
hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar,
kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi
sungai dan lain-lain merupakan
hal-hal
yang
mempengaruhi
terjadinya
banjir.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi di
DAS berpengaruh
terhadap
pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai
di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan
mengurangi kapasitas saluran sehingga
timbul genangan
dan banjir di sungai.
Sedimentasi juga merupakan masalah besar
pada sungai-sungai di
Indonesia.
Menurut Zakianis
(2006),
erosi
tanah
longsor
(land-
slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan
sumbangan
sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan
dan akhirnya ke
laut.
Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas
aliran banjir
pada
sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS
dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai
terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
penggunaan
lahan yang
tidak tepat,
sedimentasi ini menyebabkan
terjadinya agradasi dan pendangkalan pada
sungai, hal ini
dapat menyebabkan
berkurangnya kapasitas
tampungan sungai, Efek l angsung dari fenomena ini menyebabkan meluapnya
air dari
alur sungai
keluar
dan menyebabkan banjir.
Kapasitas Drainasi yang tidak memadai
Sebagian
besar
kota-kota di Indonesia
mempunyai drainasi daerah genangan yang
tidak
memadai, sehingga kota-kota tersebut
sering
menjadi
langganan banjir
di
musim
hujan.Terlebih
lagi banyak masyarakat yang menutup lubang pori drynase dengan pengaspalan atau
pengecoran sehingga air menjadi banyak terdapat di permukaan.
Pengaruh
air pasang
Air
pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
menjadi
besar
karena terjadi
aliran balik (backwater). Fenomena genangan air pasang
(Rob) juga rentan
terjadi di daerah pesisir sepanjang tahun baik
di musim hujan dan maupun
di
musim
kemarau.
Perubahan iklim
Perubahan
iklim yang tidak menentu membuat kondisi musim kemarau dan musim hujan menjadi
terlalu lama sehingga menyebabkan kekeringan panjang saat kemarau dan banjir
besar saat musim hujan.
2. Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia
Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi
DAS seperti penggundulan
hutan, usaha pertanian
yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena
meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata
guna lahan berkontribusi besar terhadap naiknya
kuantitas dan kualitas banjir.
Kawasan
kumuh
dan Sampah
Perumahan
kumuh (slum) di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi
penghambat aliran . Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor penting
terjadinya banjir di
daerah perkotaan.Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan
masihkurang baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur
sungai, hal ini biasa
dijumpai di kota-kota
besar. Sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena
aliran air terhalang.
Drainasi lahan
Drainasi
perkotaandan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi
kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan
yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi
dapat meningkatkan kuantitas banjir.
Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir banjir yang besar. Contohnya, bangunan tanggul sungai yang tinggi.
Limpasan pada tanggul ketika terjadi
banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal
ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul yang
bobol sehingga menibulkan banjir yang besar.
Rusaknya hutan (hilangnya
vegetasi alami)
Penebangan pohon dan
tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah dan
permainan rebiosasi hutan untuk
bisnis dan sebagainya menjadi salah
satu sumber penyebab
terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.
Menurunya Ground Water Table
Pengambilan
air tanah secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pengisian kembali menjadikan
muka air tanah menurun, sehingga permukaan air tanah menjadi ikut menurun yang
memungkinkan terjadinya banjir. Penurunan muka airtanah ini merupakan indikasi
bahwa eksploitasi airtanah di suatu kawasan tersebut telah berlebihan.
Dampak
yang ditimbulkan banjir sangatlah merugikan, oleh karena itu perlu dilakukan
upaya pencegahan yang efektif. Pengelolaan air secara terpadu dinilai paling
baik untuk mencegah masalah banjir yang ada di Indonesia. Selain mampu mencegah
banjir pengelolaan air secara terpadu juga baik untuk lingkungan sehingga dapat
berkesinambungan dalam jangka panjang yang akan menghemat biaya dan efektifitas
tenaga. Beberapa upaya yang dilakukan dalam pengelolaan air secara terpadu :
a.
Pembuatan
biopori untuk memperbesar drynase dan menabung air
Pembuatan lubang – lubang kecil pada tanah yang didalamnya
terdapat seresah, lubang – lubang ini dimaksudkan untuk memperbesar kemungkinan
masuknya air tanah ke dalam tanah sehingga keberadaan air di dalam tanah
bertahan lebih lama dibandingkan jika air terbawa ke saluran pembuangan karena
run off.
b.
Pembuatan
embung di daerah tegalan atau sawah
Pada daerah pertanian perlu dibuat tempat penyimpanan
air,dapat berbentuk bangunan persegi,atau sejenis sumur atau dapat juga
berbentuk seperti danau danau buatan. Selain untuk menampung air embung juga
dapat berfungsi untuk memperlambat aliran air sehingga air yang ada lebih mudah
di kendalikan untuk berbagai hal yang menguntungkan.
c.
Membuat atau
memperbaiki bangunan bangunan penangkap air hujan
Pembangunan serta pemeliharaan bangunan penangkap air hujan
di nilai mampu memberikan kontribusi terhadap pencegahan banjir di berbagai
daerah. Selain untuk mencegah banjir, air yang di tamping pun dapat digunakan
untuk beberapa keperluan sehingga keberadaannya tentu sangat menguntungkan.
Pola pembuatan bangunan penampung air hujan ini hendaknya di seuaikan dengan
tata letak lahan yang ada sehingga keberadaannya tidak mengganggu dan fungsinya
optimal.
d.
Memperbaiki
aliran irigasi yang ada
Pada zaman pemerintahan Suharto banyak dibangun saluran
saluran irigasi yang fungsinya selain untuk mencegah banjir juga untuk
mengalirkan air untuk kebutuhan pertanian. Tetapi beberapa tahun belakangan
banyak saluran irigasi yang tidak terawat bahkan ada yang alih fungsi menjadi
kolam atau tempat pembuangan sampah. Saat fungsi irigasi tidak lagi berjalan
pada semestinya ini akan mengundang masalah baru yaitu tercemarnya air serta
tersumbatnya aliran air yang jika kuantitas air hujan yang turun banyak maka
kemungkinan terjadinya banjir besar. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut
maka pengelolaan air secara terpadu diterapkan. Pada hal ini yang paling utama
adalah perilaku manusia atau masyarakat sebagai pengendali serta pemelihara
lingkungan agar tidak mengotori saluran irigasi dengan sampah dan menjaga
bangunan irigasi yang sudah ada dengan upaya perbaikan dan perawatan sehingga
bangunan irigasi berfungsi optimal.
e.
Memindahkan sedimentasi pada aliran sungai
Aliran air hujan yang menuju sungai biasannya membawa
sedimentasi berupa butiran butiran tanah atau sering di sebut sedimentasi yang
jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas penampungan air sungai. Hal ini tentu
sangat merugikan karena mengancam jika sungai tidak mampu menampung aliran air
dari berbagai daerah maka akan terjadi banjir yang merugikan. Air yang ada di
sungai akan luber atau meluap ke daerah di dekat sungai. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain dengan penanaman tanaman di pinggir sungai untuk menahan
agar tidak terjadi erosi dari daerah pinggir sungai. Jika sedimentasi sudah
cukup banyak di daerah sungai, dilakukan pengerukan pada musim kemarau.
f.
Melakukan
upaya mitigasi atau penghijauan
Integrasi keterpaduan antara manusia, tanaman , tanah dan air
penting untuk di perhatikan sehingga di dapat hasil yang optimum dan baik untuk
semua aspek dalam pengelolaan air. Upaya pencegahan banjir dengan memadukan
tanah dengan air sangat ideal dilakukan. Penanaman tanaman di daerah yang rentan erosi dan daerah sumber mata air dimaksudkan untuk menjaga hubungan
yang baik antara keberadaan air di dalam tanah dengan tanaman yang nantinya air
tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan manusia. Tanaman membantu proses
penyerapan air ke dalam tanah serta memperkuat agregat tanah agar tidak terjadi
erosi. Tanaman yang ditanam hendaknya yang memiliki kriteria cocok pada lahan
yang akan di Tanami agar tanaman dapat hidup subur dan mandiri saat sudah
dewasa sehingga tidak perlu dirawat secara terus menerus. Beberapa tanaman yang
biasanya ditanam seperti jarak , kelapa , sengon, dan lainnya.
g.
Menggalakan
upaya disiplin pembuangan sampah dan tanggap banjir
Peran serta masyarakat
diperlukan dalam minimasi bencana banjir. Prilaku masyarakat yang senantiasa
menjaga kebersihan aliran sungai dan keseimbangan lingkungan mampu mencegah
banjir dengan baik. Oleh karena itu diperlukan beberapa
pendekatan, antara
lain:
1). Peringatan
bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kalurahan,.
2). Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai, membersihkan kotoran yang menyumbat saluran
air,
membangun
tanggul
dengan
karung-
karung
pasir atau bebatuan, menanami bantaran
sungai (penghijauan).
3). Rencana pemulihan pertanian pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan
benih dan persediaan lain di
tempat
yang paling
aman
dan ini
dijadikan tradisi,
4). Perencanaan pasokan
air
bersih dan pangan seandainya
bencana memaksa pengungsian.
Program-program untuk menggugah kesadaran
masyarakat tentang bahaya
banjir,
meliputi
:
1). Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran sungai dan jalur banjir, lokasinya
serta pola-pola
siklus hidrologi,
2).
Identifikasi bahaya rawan banjir,
3). Mendorong perorangan untuk
memperbaiki
daya tahan bangunan dan harta
mereka agar potensi kerusakan/kehancuran
dapat ditekan,
4).
Menggugah kesadaraan masyarakat tentang arti penting rencana–
rencana
dan
latihan–latihan penanggulangan serta pengungsian,
5). Mendorong tanggung jawab
perorangan
atas pencegahan dan
penanggulangan banjir dalam
kehidupan
sehari–hari,
6). Pada praktik
bertani
harus
memperhatikan
dampak
lingkungan,jangan menggunduli hutan dan hulu sungai saluran air harus dipelihara dan sebagainya.
h.
Penataan
tata kota dan daerah pertanian serta irigasi
Tujuan
pengaturan
tata
guna lahan melalui undang-undang agrarian dan peraturan-peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap
nyawa, harta benda dan pembangunan di kawasan- kawasan rawan bencana (Irianto, 2006). Dalam kasus banjir, suatu daerah dianggap rawan bila daerah
itu
biasanya dan diperkirakan akan terlanda luapan air dengan dampak-dampak negatifnya; penilaian ini didasarkan sejarah banjir dan
kondisi daerah. Bantaran sungai dan pantai seharusnya tidak
boleh
dijadikan lokasi pembangunan fisik dan pemukiman.
Selain itu, Badan
Pertahanan Nasional beserta
departemen-departemen terkait harus memperhatikan pula
kawasan perkotaan. Dengan pengaturan tata
guna
tanah
yang dilandasi
data-data ilmiah dan dengan mengacu kepada potensi bencana, setidaknya
bencana alam seperti
banjir tidak akan
diperparah
oleh pengizinan pemakaian tanah yang tak
mengindahkan sisi kelayakan.
Pengelolaan air secara terpadu bertujuan untuk
memaksimalkan antara hubungan manusia, tanaman ,tanah dan air agar semua aspek
ini bisa saling menjaga dan menguntungkan sehingga didapat hasil yang
berkesinambungan di berbagai sisi. Ke empat aspek tadi tidak dapat dipisahkan
sehingga alangkah baiknya jika ke empat aspek tersebut di padukan menjadi satu
dalam pengelolaan air. Diperlukan
sikap
kebersamaan multi-stakeholder dan keterlibatan masyarakat yang
mendukung sepenuhnya karena peran manusia lah yang dominan dalam hal
ini.
Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu
akibat
alami dan
akibat aktivitas
manusia. Dalam
kaitannya terjadinya banjir, maka terdapat metode pengendalian
banjir,
yaitu metode struktural
dan non-struktural.
Metode
struktural ada
dua jenis yaitu
Perbaikan dan pengaturan sistem sungai yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (short cut)
dan floodway; dan Pembangunan pengendali banjir yang
meliputi bendungan (dam), kolam retensi, pembuatan check dam (penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai, groundsill,
retarding basin dan
pembuatan polder.
Sedangkan metode non
struktural adalah pengelolaan
DAS, yaitu pengaturan tata guna
lahan, pengendalian erosi,
peramalan
banjir,
partisipasi
masyarakat, law enforcement, dsb.
Pengelolan DAS
berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan
untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi
tanah.
Dengan peningkatan pengertian, kepedulian dan partisipasi masyarakat,
diharapkan bencana banjir dapat dicegah sehingga tidak menimbulkan korban dan
kerugian yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit
IPB.
Bandung.
Bastian,Ligal , 2008.
PENDEKATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR Jurnal Mahkamah Konstitusi Volume 8, Nomor 2,
Juli 2008 : 162
– 169
Hoekstra, A.Y. 2006. The Global Dimension of Water Governance: Nine Reasons
for Global Arrangements in Order to Cope with Local Problems.Value
of Water Research Report Series No. 20 UNESCO-IHE Institute for Water
Education
Irianto, 2006. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air, Agro
Inovasi, Jakarta.
Kodoatie,
Robert
J.
dan
Sugiyanto,
2002.
Banjir, Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam perspektif
Lingkungan, Pustaka
Pelajar,Yogyakarta.
Zakianis, 2006. Sumber-sumber
Air Bersih. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar